Allah menciptakan laki-laki untuk menjadi khalifah atas kehidupan. Oleh karenanya, seorang laki-laki harus bertanggungjawab atas hak-hak dan kewajiban-kewajiban dirinya, istrinya, anak-anaknya, dan saudara perempuannya....
Siapa bilang laki-laki tak bisa banyak menangis?
Tahukah engkau, kaum laki-laki sesungguhnya jauh lebih sering "menangis", namun mereka menyembunyikan tangisnya di dalam kekuatan akalnya.
Itulah mengapa Tuhan menyebutkan pada laki-laki terdapat dua kali lipat akal seorang perempuan. Dan itulah sebabnya mengapa tiada yang kau lihat melainkan ketegarannya.
Laki-laki menangis karena tanggung jawabnya di hadapan Tuhannya.
Ia menjadi tonggak penyangga rumah tangga.
Menjadi pengawal Tuhan bagi Ibu, saudara perempuan, istri dan anak-anaknya.
Maka tangisnya tak pernah nampak di bening matanya.
Tangis laki-laki adalah pada keringat yang bercucuran demi menafkahi keluarganya.
Tak bisa kau lihat tangisnya pada keluh-kesah di lisannya.
Laki-laki "menangis" dalam letih dan lelahnya menjaga keluarganya dari kelaparan.
Tak dapat kau dengar tangisnya pada omelan-omelan di bibirnya.
Laki-laki "menangis" pada tegak dan teguhnya dalam melindungi keluarganya dari terik matahari, deras hujan dan dinginnnya angin malam.
Tak nampak tangisnya pada peristiwa-peristiwa kecil dan sepele.
Laki-laki "menangis" dalam kemarahannya jika kehormatan diri dan keluarganya digugat.
Laki-laki "menangis" dengan sigap bangunnya, di kegelapan dini hari.
Laki-laki "menangis" dengan bercucuran peluhnya, dalam menjemput rizki.
Laki-laki "menangis" dengan menjaga dan melindungi orang tua, anak dan istri.
Laki-laki "menangis" dengan tenaga dan darahnya, menjadi garda bagi agamanya.
Namun...
Laki-laki pun sungguh-sungguh menangis dengan air matanya,
di kesendiriannya, menyadari tanggung jawabnya yang besar di hadapan Tuhannya.
Pandanglah Ayah....
Pandanglah Suami....
Pandanglah Kakak....
Sesungguhnya surga Allah di dalam keridhaan mereka....
Ya Allah, ampuni hamba-Mu ini, yang telah durhaka kepada ibu....
Ya Allah, ampuni hamba-Mu ini, yang telah durhaka kepada mu....
Wallahu'alam bish Showabb
Wassalamù'alaíkùm warahmatùllahí wabarakatùh
Siapa bilang laki-laki tak bisa banyak menangis?
Tahukah engkau, kaum laki-laki sesungguhnya jauh lebih sering "menangis", namun mereka menyembunyikan tangisnya di dalam kekuatan akalnya.
Itulah mengapa Tuhan menyebutkan pada laki-laki terdapat dua kali lipat akal seorang perempuan. Dan itulah sebabnya mengapa tiada yang kau lihat melainkan ketegarannya.
Laki-laki menangis karena tanggung jawabnya di hadapan Tuhannya.
Ia menjadi tonggak penyangga rumah tangga.
Menjadi pengawal Tuhan bagi Ibu, saudara perempuan, istri dan anak-anaknya.
Maka tangisnya tak pernah nampak di bening matanya.
Tangis laki-laki adalah pada keringat yang bercucuran demi menafkahi keluarganya.
Tak bisa kau lihat tangisnya pada keluh-kesah di lisannya.
Laki-laki "menangis" dalam letih dan lelahnya menjaga keluarganya dari kelaparan.
Tak dapat kau dengar tangisnya pada omelan-omelan di bibirnya.
Laki-laki "menangis" pada tegak dan teguhnya dalam melindungi keluarganya dari terik matahari, deras hujan dan dinginnnya angin malam.
Tak nampak tangisnya pada peristiwa-peristiwa kecil dan sepele.
Laki-laki "menangis" dalam kemarahannya jika kehormatan diri dan keluarganya digugat.
Laki-laki "menangis" dengan sigap bangunnya, di kegelapan dini hari.
Laki-laki "menangis" dengan bercucuran peluhnya, dalam menjemput rizki.
Laki-laki "menangis" dengan menjaga dan melindungi orang tua, anak dan istri.
Laki-laki "menangis" dengan tenaga dan darahnya, menjadi garda bagi agamanya.
Namun...
Laki-laki pun sungguh-sungguh menangis dengan air matanya,
di kesendiriannya, menyadari tanggung jawabnya yang besar di hadapan Tuhannya.
Pandanglah Ayah....
Pandanglah Suami....
Pandanglah Kakak....
Sesungguhnya surga Allah di dalam keridhaan mereka....
Ya Allah, ampuni hamba-Mu ini, yang telah durhaka kepada ibu....
Ya Allah, ampuni hamba-Mu ini, yang telah durhaka kepada mu....
Wallahu'alam bish Showabb
Wassalamù'alaíkùm warahmatùllahí wabarakatùh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar