Semakin lengkap sudah julukan Surabaya sebagai kota pahlawan. Dikatakan kota pahlawan karena dua bulan setelah proklamasi kemerdekaan yang dibacakan Soekarno-Hatta di Jakarta, meletuslah pertempuran 10 November 1945 yang begitu dahsyat dan merepotkan tentara sekutu itu akhirnya diperingati sebagai Hari Pahlawan karena kenekatan dan kegigihan arek-arek Suroboyo. Selanjutnya revisi sejarah tentang buku: Soekarno, An Autobiography as told to Cindy Adams mengungkapkan bahwa Soekarno Lahir di Kota Surabaya bukan Blitar yang selama ini diyakini oleh rakyat Indonesia.
Eitss… tapi Bung Karno bukan Suporter Bonek, tapi kenekatannya dan sosok kontroversinya akhirnya dia menjadi salah satu proklamotro, tokoh yang disegani baik lawan dan kawan juga kebijakan-kebijakannya sewaktu berkuasa, membuat negara-negara imperealisme meradang. Lalu apa hubungannya Soekarno dengan Bonek (Bondo Nekat) dan kaitannya dengan revisi buku: Soekarno, An Autobiography as told to Cindy serta sejarah yang selama ini telah dipelintir oleh Orde Baru? Apa pula kepentingan Orde Baru merekayasa tempat kelahiran Soekarno?
Sebagai kota terbesar kedua setelah Jakarta, Surabaya selain dikenal dengan kota pahlawan, juga dikenal dengan klub sepak bola Persebaya (Persebaya 1927) dan tentunya kelompok Suporternya yang biasa disebut Bonek (Bondo Nekat) karena militansinya dalam mendukung Persebaya meskipun terkadang tidak mempunyai akomodasi yang cukup tetap nekat pergi mendukung Persebaya.
Istilah bonek sendiri banyak versi yang menyebutkan dan dalam konteks yang berbeda pula. Ada yang menyebut istilah bonek pertama kali dipakai oleh Basofi Sudirman selaku Gubernur yang menjabat kala itu, sehingga nama bonek menjadi populer untk sebutan suporter Pesebaya. Lalu ada pua yang menyangkal bahwa istilah bonek sudah ada sejak dahulu ketika pertempuran 10 November yang sebagian pemuda dengan nekatnya melakukan bom bunuh diri dan menjatuhkannya pada pasukan sekutu sehingga menghambat gerak pasukan sekutu yang terus merangsek ke dalam kota.
Namun terlepas beragam versi, pemuda-pemuda Surabaya telah membuktikannya jauh pada masa perang kemerdekaannya seperti peristiwa penyobekan bendera belanda di atas hotel Yamato (sekarang hotel majapahit), petempuran kecil dan ketegangan antara pihak sekutu dan pemuda Surabaya akhirnya mengakibatkan tewasnya Jenderal tentara sekutu AWS. Mallaby.
Rekayasa Sejarah Soekarno
Dalam catatan sejarah yang banyak diketahui, Soekarno juga telah menunjukan kenekatannya dalam sejarah hidupnya. Sebagai presiden pertama yang paling berani dimasanya. Penolakannya terhadap neokolonialisme dan paham liberalisme telah menjadikan Soekarno sebagai presiden yang sangat disegani oleh lawan maupun kawan, penolakannya terhadap bantuan barat yang terkenal dengan kata ”Go To Hel With Your Aids” ”Ganyang Malaysia” penarikannya dari PBB serta paham NASAKOMNYA sudah menggambarkan siapa sosok Soekarno. Sosok yang nekat yang akhirnya mengantarkan pada penggulingan akibat konspirasi internasional yang disertai pembunuhan massal ditahun 1965-66.
Jatuhnya Orde Lama di bawah Soekarno pada akhirnya mengantarkan Orde Baru di bawah Jenderal Soeharto (yang beberapa waktu lalu dirindukan lagi oleh masyarakat Indonesia) dengan gaya militeristiknya telah banyak mengekang dan menyeragamkan pola pikir masyarakat. Sadar akan bahaya pada ajaran-ajaran komunisme dan Soekarno serta sejarah yang tidak sesuai dengan garis Orde Baru yang lebih menekankan ketertiban dan keamanan dalam rangka pembangunan, maka sejarah menjadi korban rekayasa dan sensor dari Orde Baru.
Namun sejak jatuhnya Orde Baru tahun 1998 seakan memberika angin segar terhadap pengungkapan sejarah yang selama ini banyak terpendam. Termasuk buku-buku yang dahulu mendapat larangan dari penguasa kini bebas beredar dan revisi sejarah tentang kebenaran sejarah itu sendiri. Salah satunya pada tahun 2007 sebuah buku yang selama ini kita kenal sebagai autobiografi Soekarno hasil wawancara dengan Cindy Adam yang pada tahun 1966 diterjemahkan oleh Orde Baru dan dengan kata pengantar oleh Soeharto sendiri telah begitu lama menjadi buku rujukan akademisi tentang Soekarno rupanya juga telah mengalami pemelintiran.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa Soekarno lebih dikenal lahir di kota Blitar daripada Surabaya. Pada terjemahan versi Orde Baru dan Militer disebutkan bahwa Bung Karno lahir di Blitar, sedangkan pada edisi revisi yang diterbitkan oleh penerbit Media Pressindo 433 halaman, pada halaman 383 terdapat kutipan ucapan Bung Karno ”Aku lahir di Surabaya, Bapak memang selalu berpindah tugas, tetapi ketika pensiun memilih tinggal di Blitar” (JP. 06/05/11, Peter A. Rohi).
Menurut Peter A. Rohi juga, akibat pemelintiran sejarah Soekarno, mengakibatkan para pengikutnya yang berasal dari kalangan intelektual dan moralis berbalik membenci Bung Karno karena dianggap sosok yang sombong dan egois. Seperti dalam buku: Soekarno, An Autobiography as told to Cindy Adamskutipan ucapannya menurut versi militer ketika Bung Karno mengisahkan pada detik-detik proklamsi dipelintir menjadi, “Aku sebenarnya tidak membutuhkan Hatta” padahal dalam buku sejarah yang sudah direvisi adalah “ Aku menunggu Hatta, Indonesia membutuhkan Hatta”.
Selain revisi buku Soekarno, An Autobiography as told to Cindy Adams yang membeberkan fakta bahwa Bung Karno lahir di Surabaya ada beberapa buku juga telah memberikan penjelasan tentang dimana kelahiran Soekarno sebelum dipelintir oleh Orde Baru dan rezim militernya. Namun buku-buku itu telah banyak dimusnahkan oleh rezim penguasa waktu itu demi kepentingan rekayasa sejarah. Adalah Im Yang Tjoe pernah menulis biografi Soekarno terlama pada tahun 1933 yang berhudul: Soekarno sebagi Manoesia menjelaskan Soekarno lahir di Surabaya bukan di Blitar seperti versi Orde Baru. Seperti tertulis ”Tapi siapa njana, dalem itoe hari-hari jang kakoerangan, mendadak pada tanggal 6 Juni 1901 waktoe fadjar menjingsing, telah lahir seorang anak lelaki, jang tiada terdoega sama sekali kemoedian bakal mendjadi Bapaknja kaoem marhaen di Indonesia. Siapa ia? Boekan lain dari Koesno Sosro Soekarno…..”
Buku-buku lain yang menyatakan bahwa Soekarno lahir di Surabaya adalah karya Nasution MY yang berjudul ”Riwayat Ringkas, Penghidupan dan Perjuangan Ir. Soekarno” dalam bukunya Nasution MY bahkan dengan jelas menyebut detail alamat rumah dimna Soekarno dilahirkan yaitu di Kampung Pandean IV/40, Surabaya. Belakangan diketahui bahwa rumah itu sekarang milik seorang warga yang bernama Jamilah yang dibeli tahun 1990. Ironisnya rumah yang dibeli Jamilah itu dulu digunakan sebagai gudang percetakan dan struktur bangunannya masih utuh, itu seperti kamar depan dimana Soekarno dilahirkan.
Semua pasti sepakat bahwa sejarah Indonesia harus segera direvisi dan mendapat kebenaran sehingga banyak pelajar yang tersesat, tetapi bukankah sebagai pelajar, akademisi dan intelektual harus sebanyak mungkin membaca versi sejarah darimana saja. Karena dengan begitu kita mampu menganalisis dan mengetahui mana yang benar dan mana yang dipelintir. Dan terkadang dari sejarah yang valid pula kita akan dapat mengetahui dimana letak kebanaran, itu kenapa sebagian banyak dari karya-karya Pramoedya Ananta Toer dibakar oleh militer dan dilarang oleh Orde Baru. Karena sadar bahwa sejarah yang benar dan cenderung tidak sesuai dengan garis penguasa akan membahayakan.
Sumber : politikana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar