Setelah mendapat pohon yang dicari, batang pisang ditebang dan dilubangi untuk menampung airnya. Kemudian dibiarkan selama sehari semalam untuk mendapatkan airnya.
Sementara itu untuk menampung air pohon ara, warga memotong batang pohon kemudian dibakar. Batang harus dibakar untuk mengeluarkan air. Kemudian air disuling menggunakan bambu panjang.
Yohanes Aprianus, salah seorang warga Dusun Wolomude, mengaku sejak tiga bulan air tadah hujan di bak penampung sudah habis. Karena itu mereka memanfaatkan air pisang dan pohon ara untuk memasak dan minum.
“Kalau untuk mandi dan cuci, kami harus turun ke kota sepekan sekali,” ungkap Yohanes.
Sebelumnya warga sempat patungan untuk membeli air dari pihak swasta. Setiap truk tangki ukuran 10 ribu liter, lanjutnya, warga harus membayar Rp300 ribu. Namun karena jalan rusak, sopir enggan membawa truk tangki masuk ke dusun.
Yohanes berharap, Pemerintah Daerah Kabupaten Sikka bisa mengirimkan air tangki milik PDAM agar krisis air bersih bisa eratasi. [zonainfo1blogspot.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar